Filosofi Ki Hajar Dewantara vs Peradaban Digital
Narasumber : Dr. Fahrudin Faiz, S.Ag., M.Ag. (cak Faiz)
Moderator: Mr. Bams
Moderator diacara ini Mr. Bams, nama ini yang saya kenal. Beliau juga mengatakan bahwa satuguru.id berdiri sejak 05 Novermber 2021 di kota Bandung, pencetus berdirinya satuguru.id adalah Dr. Wijaya Kusuma, MPd. Rekan-rekan guru lebih mengenal beliau dengan sebutan Om Jay, satuguru.id memiliki tujuan mengajak guru sebanyak-banyaknya untuk menulis khususnya di blog. Satuguru.id dapat dukungan dari pandi.id, dan membuat domain my.id , blog tempatnya anak bangsa untuk menulis artikel, mempromosikan hasil karyanya, dan lain sebagainya.
ngomongin filsafat saya tertarik banget, saya bisa ikutan acaranya hanya lewat youtube nya satuguru.id. saya mengenal tentang Ilmu filsafat sejak tahun 1995, dan buku yang pernah saya punya karangan dari Murtadho Mutahari (lupa judul bukunya).
SambIl menunggu, kabar dari narasumber, ada diskusi dikalangan para motivator yang hadir.
1. Om Jay, Dewan Pengawas satuguru.id. beliau sedang membuat atau menulis buku digital, jika banyak “like” maka buku akan naik cetak, itu artinya buku yang ditulis secara digital banyak peminatnya.
2. Pak Dedi, Pemimpin Umum satuguru.id. beliau menyarankan untuk memakai domain my.id sebaiknya dari orang terdekat kita, contohnya istri, anak-anak, sodara-sodara, jika itu semua sudah dilakukan dan semua aktif menggunakan domain teserbut. Selajtnya kita bisa memberikan info my.id ke rekan-rekan, coba kapan lagi ada domain gratis, walau nantinya my.id ada masa tenggangnya 1 tahun, pastinya bisa diperpanjang.
Sedang berjalannya diskusi membahas domain my.id, Narasumber kita yang seharusnya hadir pada acara NGUPING ternyata tidak menghadiri undangan NGUPING, sebab sinyal yang tidak bersahabat karena situasi diwilayah Dr. Fahrudin Faiz, S.Ag., M.Ag. sedang hujan lebat. Acara nya dilanjutkan dengan menonton youtube Cak Faiz "filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara"
Materi via Youtube;
Menurut Dr. Fahrudin Faiz, S.Ag., M.Ag.
Ki hajar mendefiniskan Pendidikan itu sebagai tuntunan. Jadi berarti sebenarnya pendidikan itu nuntun. Banyak orang menggap pendidikan itu ngisi, padahal sebenarnya pendidikan itu menuntun. Potensi perkembangan siswa ada pada dirinya sendiri. Guru hanya nuntun, supaya siswa bisa merubah dan menjadi cerdas, melatihnya dan tidak merasa sombong. Bukan kita yang membuat kita mengerti dirinya, sebenarnya dirinya sudah memiliki potensi, sudah memiliki kemampuan untuk menjadi lebih baik. Kita (guru) hanya menununtun, sehingga menurut Ki Hajar Dewantara itu menuntun kodrat yang ada pada siswa-siswi, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Jadi pendidikan itu menuntun, membangkitkan potensi anak sehingga dia menjadi manusia seutuhnya yang selamat dan bahagia. Pada hakikatnya pendidikan itu, perhatikan potensimu, kemampuan mu, kenali dirimu, koreksi dirimu. lakukanlah muhasabah dalam rangka mengenali potensimu.
Di dunia ini tidak ada manusia yang tidak berguna, kalau dirimu merasa tidak bisa apa-apa, itu karena kamu kurang jeli membaca potensimu, sehingga potensi nya tidak bangkit. Dalam dunia pendidikan butuh guru yang bisa nuntun. Guru yang bisa membangkitkan, mengembangkan potensi nya agar menjadi manusia sebenarnya, manusia yang selamat dan bahagia.
Jika hidup itu selaras dengan jiwamu, bakatmu, potensimu, maka kamu akan semangat dan bahagia. Sesuai passion, misalnya bakat atau minat bidang kedokteran, tapi kuliah nya ngambil jurusan Teknik. Terkadang kamu kalau diminta menolong orang sakit, kamu lebih cekatan dan sedikit memahami bagaimana cara menolong orang sakit dan kamu bahagia.
Jika kamu kuliah tidak sesuai dengan potensi mu, nanti kamu tidak sepenuh hati dalam belajar nya, ada yang tersingkirkan. Yaitu potensi utama kamu. Setiap orang memiliki kemampuan sejak lahir, karena setiap orang istimew. Maka jangan sia-siakan hidupmu, karena hidup ini sementara. Jadi kamu harus menggali potensi unggulan kamu yang telah dititipkan Allah SWT.
Ini kalimat dari Ki Hajar Dewantara: "Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya, pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu"
"Meskipun belajar pendidikan di tempat yang sama dan oleh guru yang sama, pastinya setiap siswa memiliki takdirnya masing-masing". Itu adalah hakekat pendidikan.
Tujuan pendidikan adalah Tri Rahayu;
1. Hamemayu Hayuning Sarirom
Dirimu itu indah, maka lestarikan keindahan nya
3. Hamemayu Hayuning Bongso
Bangsa kita itu indah, maka lestarikan keindahan nya.
5. Hamemayu Hayuning Bawono
Alam semesta ini indah, maka kita lestarikan dan percantik keindahan nya dengan pendidikan
Dasar filosofi pendidikan adalah Tri Loka;
1. Ing Ngarso Suntulodo
2. Ing Madyo Mangunkarso
3. Tut Wuri Handayani
Jika kalian berposisi di depan harus memberi contoh, public figure harus memberi contoh, kalian punya anak buah harus memberi contoh. Jadi kalian harus menjadi teladan.
Ing Ngarso; posisi sedang di depan, memiliki kelebihan diantara teman dan lingkungan. Tugasmu; Suntulodo. Kalian dilihat orang, kalian diikuti orang maka berikan contoh yang baik.
Ing Madyo; ditengah jalan, ditengah-tengah posisinya, sedang bersama, sejajar. Lakukan Mangunkarso; membangun kreatifitas, buat inisiatif, bikin hal-hal baik.
Tut Wuri; Mengikuti anak didik, nuntun.
Handayani; memberdayakan, menguatkan, mendukung. Kuatkan dia, dukung dia, berdayakan dia, biarkan potensi-potensinya yang bagus jadi keluar. Jangan di dikte, jangan dimarahi, jangan dijelek-jelekkan. Biarkan dia mandiri, ikuti dia dari belakang, berdayakan dia, dukung dia.
Jadi, pendidikan ini kalau mau sukses, yang didepan memberi contoh, yang ditengah kreatif, produktif, dan yang dibelakang mendukung.
Salam Literasi
3 komentar:
mantap sekali ajaran Kihajar Dewantara
Semoga bisa terus melestarikan filosofi Kihajar Dewantara
Terima kasih Om Jay dan Mr.Bams, sudah mampir ke blog saya.
Salam Literasi
Posting Komentar